Make It Easy...

Hidup di dunia jangan dibikin susah..
Mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Yang Maha Kuasa akan memberikan rasa awareness, tentang siapa kita yang sebenarnya..

Jumat, 02 Desember 2016

MUTIARA DISAMAKAN DENGAN SENG


Bagiku, dan bagi semua umat islam, Al Qur’an laksana sebuah mutiara
Berkilau baik bahagian luar maupun dalamnya
Patut dijaga dan dipelihara
Jangan sampai jatuh, sehingga cacat rupanya
Bagi anak Soekarno ini (Racmawati) lain lagi
Mutiara itu adalah UUD 1945 yang asli,
Yang menurutnya, bapaknya-lah yang telah banyak berkontribusi
Meski UUD ini telah menelurkan pemerintahan otoriter dua kali
Dengar ucapannya:
para mahasiswa dan masyarakat untuk kembali ke jalan yang benar dengan mengembalikan kiblat bangsa Indonesia melalui jalan jihad di tanggal 2 Desember.”  “UUD kita diubah, diamandemen;“rusak, konstitusi kita menjadi bersifat liberal kapitalis.” “persoalan bangsa Indonesia kini multikompleks dan makin memuncak lewat dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).” (Sumber: Yahoo Indonesia)
 
Tidak sadarkah dia
bahwa tatkala UUD ini dilahirkan bapaknya berpidato bahwa UUD ini untuk sementara
dan akan disempurnakan kemudian (diwaktu-waktu berikutnya)
terutama jika parlemen yang terpilih oleh rakyat telah terbentuk, dan UUD yang baru, yang lebih sempurna,
berhasil dirumuskannya.
 
Tetapi, perkembangan selanjutnya
Parlemen tidak berhasil dalam menentukan dasar negara
Apakah mau berdasarkan agama (islam) atau sekular (nasional), pancasila
Sehingga Soekarno mengeluarkan Dekrit, dan buahnya adalah Demokrasi Terpimpin; Soekarno penuh berkuasa
 
Soekarno tetap memberlakukan UUD 1945 yang asli, yang terumus sejak awalnya
Yang hanya berjumlah 46 pasal itu; terlalu ringkas untuk sebuah negara besar (multi-kultur, etnik, agama) seperti Indonesia
Karena begitu ringkasnya, maka interpretasi atas  pasal-pasar oleh yang berkuasa menjadi suka-suka
Soekarno menggunakan UUD 1945 ini untuk menyingkirkan lawan-lawan politiknya
 
Soeharto, meski benci kepada Soekarno namun pelaksana setia
Pelaksana setia ide Soekarno. Ia pun menggunakan UUD 1945 untuk menopang teguh kekuasaannya
Lawan-lawan politiknya, dengan menggunakan UUD ini, disingkirkan juga
Kapitalisme (keluarga, golongan) tumbuh subur; liberalisme ekonomi –yang terbuka untuk lainnya- dibuat sirna
 
Dari fakta sejarah ini, patutkah kosakata “jihad” dilekatkan untuk UUD 1945 yang telah melahirkan kekuasaan
otoriter dan diskriminatif?
Sebuah pikiran naif
Yang meneriakannya berupaya untuk memanipulatif
Memanipulatif emosi massa agar bertindak destruktif; dan akhirnya keinginan pribadinya tercapai efektif
 
Jihad, berupaya sekuat tenaga dan serius untuk menegakkannya, hanya cocok bagi aplikasi Al Qur’an
Firman Tuhan
Bukan kreasi manusia, yang sarat dengan kelemahan
Manusia jangan didewa-dewakan
 
Apakah iya si Ahok telah menista Al Qur’an?; kita harus bertindak adil; jangan asal-asalan
Apakah yang pertama sekali melontarkan isi surah Al Maidah 51 untuk tujuan politik tidak dianggap menistakan?
Malahan mereka kini menjadi pahlawan?
Penggunaan Al Qur’an hanya untuk sebuah golongan, untuk pemenangan meraih kekuasaan, menurutku lebih dari sekedar penistaan. 
Harkat Al Qur’an –olehnya—hanya sekedar alat, bukan akhir tujuan
 
Aku bukan kaki tangan si Ahok; yang ingin membelanya mati-matian
Tetapi aku menginginkan keadilan;
Seperti Buya Safi’i Ma’arif (mungkin), yang menginginkan Al Qur’an diacu secara keseluruhan
Tidak seayat-seayat; atau sebagian-sebagian
 
Aku kuatir, malahan, bangsa ini akan segera mendapat laknat
Karena kebodohannya telah begitu mencuat
Hanya terpaku pada satu ayat
Sementara ayat-ayat lainnya dibiarkan lewat
 
Mengapa tidak demo ke DPR?; penghianat negara telah kembali menjadi ketua
Penjual bangsa telah kembali memimpin salah satu institusi tinggi negara
Hendak ke mana kita, bangsa Indonesia?
yang beragama hanya mengekor; hati dan logika jernih dianggap tidak berguna

"Memainkan pesona uang tunai & emosi agama adalah cara teroportunis, & seperti bermain api di pom bensin. Bahaya untuk kesehatan bernegara & berbangsa" (Budinan Sudjatmiko)